Rabu, 12 November 2014

Cerpen tentang kehidupan

Ayah

Dulu saya adalah anak sekolah yang tak pernah bisa diatur. Semua yang saya inginkan harus dituruti hari itu juga,. Lama berselang saya keluar dari sekolah menengah kejuruan. Disaat itu pulalah saya sedang giat giatnya mencari kerja kesana kemari. Namun tidak ada lowongan di daerah saya satu pun.

Suatu ketika ada saudara saya yang mengajak kerja untuk jadi OB di sebuah kantor jasa pengiriman barang. Lama berselang waktu pun berlalu begitu cepat dan di saat itu pulalah saya merasa ternyata mencari uang itu tak semudah membalikan telapak tangan. Hingga saya menyadari betapa kerasnya kedua orangtua saya untuk bisa memberikan saya yang terbaik hingga apapun yang saya minta dituruti walaupun uang tersebut uang hasil dari pinjaman dari seorang rentenir kosipa (rentenir).

Waktu begitu cepat berlalu hingga tak terasa sudah menjelang lebaran. Saya pun membelikan baju yang kedua orangtua saya hingga saya tak bisa membeli baju untuk diri sendiri, buat saya itu tak jadi masalah asalakan kedua orangtua saya bisa merasakan rejeki dari saya.

Lama berselang hari raya idul fitri sudah berlalu dan saya harus kembali ke tempat kerja saya sendiri. Singkat cerita 4 bulan berlalu dan sudah merasakan juga indahnya idul adha, setelah kembali pula ke tempat kerja saya, saya selalu merasa gelisah dan selalu ingin pulang namun itu tak mungkin karena jatah cuti saya semuanya sudah habis. Saat itu rabu malam kamis saya tidak bisa tidur hingga pagi, saat itu tanggal 24 0ktober 2013 saya mendapat kabar yang tak baik dari keluarga di rumah jam 11:00 saya ditelpon bibi saya bahwa ayah saya masuk rumah sakit, saat saat itu pula hati saya sudah merasa tak nyaman dan ingin segera pulang ke rumah. Lalu bibi saya menelepon lagi bahwa sebenarnnya ayah saya sudah meninggal perkataan waktu nelpon pertama itu hanyalah bohong saja karena bibi saya takut ketika dalam perjalan merasa tak tenang bila dibicarakan langsung bahwa ayah saya sudah meninggal.

Selang berlalu saya sudah sampai di rumah. Tapi sayangnya saya tidak bisa ikut memandikan ayah saya bahkan sampai di rumah ayah saya sudah dikuburkan. Di situ saya hanya melihat ibu saya yang sedang menangis karena belum bisa terima ayah saya meninggal di usia belum terlalu senja. Dan disitu pula lah saya merasa kepedihan yang teramat dalam bahkan saya tidak bisa menangis. Karena tangisan takkan bisa mengembalikan apa yang sudah hilang.

Saya adalah anak ke 4 dari empat bersaudara. Dan saat itu baru hanya ada saya dan kakak ke 2 saya yang lagi menangis histeris pula. Distulah baru saya sadari bahwa hidup itu takan pernah berarti selagi belum bisa membahagiakan orangtua. luka yang saya rasakan hingga saat ini belum bisa hilang oleh kenangan kenangan di masa lalu ketika masih bersama orangtua.. hingga sekarang sudah pada tahun yang baru 2014. Saya masih teringat pada ayah saya yang akan selalu menjadi inspirasi bahwa hidup adalah sebuah perjuangan hingga di akhir usia nanti.

Saya yang sudah kembali ke tempat kerja saya yaitu di daerah bandung. Saya selalu bertekad dalam hati untuk memberikan hal yang terbaik bagi orangtua saya dan keluarga yang masih ada. Karena bagaimanapun merekalah orang yang masih saya punya dan saya sayangi.

Pesan untuk kalian para pembaca! Hormatilah kedua orangtua kalian selagi masih ada karena bagai manapun merekalah harta paling berharga di dunia ini. Jangan sampai kalian mengalami hal yang sama, jenguklah orangtua kalian stidaknya sebulan sekali. Ingatlah pekerjaan itu tidak akan pernah ada habisnya. Tapi umur manusia ada masanya.
Hanya sekian dan terima kasih.

Cerpen Karangan: Jaja Nurjaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar