Kamis, 13 November 2014

CERPEN - AMANAH DARI NENEK

Pada suatu hari, tinggalah seorang gadis kecil yang bernama Alinda Salsabila. Panggilannya Alin. Ia tidak punya keluarga karena keluarganya meninggal setelah kejadian tsunami. Karena sudah tidak memiliki keluarga lagi, Alin pun hidup bersama seorang nenek di desa yang berdekatan dengan Hutan Asri. Memang, itu bukan nenek kandungnya. Tetapi, nenek itu sangat menyanyangi Alin.
“Nenek… Aku laparrr…” ucap Alin.
“Baiklah, nenek akan menanak beras terlebih dahulu.” jawab nenek.
Nenek pun segera menanak beras. Selagi berasnya dinanak, nenek berkata sesuatu.
“Alin, nenek ingin mencari lauk pauk dulu.” ucap nenek.
“Nenek akan membelinya dimana?” tanya Alin.
“Nenek akan membelinya di Pasar Serba Ada.” jawab nenek.
“Tapi, jangan lama-lama ya nek.” ucap Alin.
“Iya, tapi ada satu pesan untuk kamu. Jangan membuka tutup panci itu walaupun sudah berasap. Kamu baru boleh membuka tutup panci itu setelah nenek memerintahkan kamu! Oke?” jelas nenek.
“Iya nek.” jawab Alin.
Nenek pun segera menuju Pasar Serba ada. Di pasar tersebut ada makanan mentah dan juga ada yang sudah matang. Sesampainya di Pasar Serba Ada…
“Bu, saya beli bakso mie 2 dibungkus ya bu.” pesan nenek.
Si penjual pun segera mengambilkan makanan yang dipesan nenek. Nenek membeli makanan matang karena nenek tidak bisa memasak. Nenek hanya bisa memasak nasi dan air. Sudah itu saja.
Di rumah…
Alin ingiiin sekali membuka tutup panci itu, sebab ia sangat penasaran bagaimana isinya, bagaimana teksturnya, dan bagaimana keadaaan nasi tersebut saat di dalam panci.
Karena rasa penasaran Alin semakin membesar, Alin pun langsung membuka tutup panci itu. Dan betapa terkejutnya ia setelah tahu bagaimana isinya. Setelah ia mendengar bunyi langkah kaki, ia langsung buru-buru menutup panci tersebut.
Nenek datang…
“Alin, apa yang kamu lakukan?” tanya nenek geram.
“Aku… aku tidak melakukan apa-apa nek.” jawab Alin bohong.
“Buktinya, asapnya sekarang meluap besar sekali dan berasnya tumpah kemana-mana.” seru nenek marah.
“Pasti kamu buka kan tutup pancinya?” tanya nenek kepada Alin.
“Ti… tidak nek. Aku tidak membuka tutup pancinya.” jawab Alin bohong.
“Jujur Alin!” seru nenek marah.
“Iya nek, aku membuka tutup pancinya.” jawab Alin.
“Kamu tidak ingat pesan nenek sebelum pergi ke pasar. ‘Jangan membuka tutup panci itu walaupun sudah berasap. Kamu baru boleh membuka tutup panci itu setelah nenek memerintahkan kamu!’. Kamu tidak bisa dipercaya, Alin.” seru nenek masih marah.
“Maafkan Alin nek. Terserah nenek mau ngehukum Alin dalam bentuk apapun. Yang penting nenek mau memaafkan Alin.”
“Baiklah nenek memafkan kamu. Dan, hukuman yang akan nenek berikan kepada kamu tidak berat. Hukumannya yaitu, mencuci piring selama tiga hari selesai makan.” jawab nenek.
“Tapi, hukuman itu tidak setimpal dengan apa yang aku lakukan tadi.” ucap Alin.
“Biarkan, yang paling penting adalah Alin jangan mengulangnya kembali.” jawab nenek dengan lembut.
“Terima kasih ya nek.” kata Alin.
“Iya, sama-sama Alin.” jawab nenek.
Setelah dinasihati oleh nenek, Alin pun sadar, agar dipercaya orang lain, kita harus menaati apa yang telah diperintahkan. Dalam bentuk apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar