Kamis, 13 November 2014

CERPEN - GLOAMING

Sebuah padang rumput ilalang yang luas, memancarkan cahaya coklat keemasan di senja hari seperti ini. Diselingi bunga-bunga yang merekah di sekitar padang itu. Gemericik air sungai yang mengalir kecil tanpa riak. Sungai berwarna bening kebiruan dan mampu memantulkan pemandangan apik di atasnya -seakan akan ada kota serupa di bawah air sungai itu-. Jembatan panjang melengkung di atas sungai yang tenang itu. Tak ahyal muda mudi berdua di setiap sudut jembatan untuk memadu kasih, apalagi di sore hari seperti ini. Atau.. bagi wanita dan lelaki yang sendirian, tempat ini sangat cocok untuk melepas lelah dan penat setelah bekerja seharian.
Udara nan sejuk dan segar seperti tidak pernah tersentuh siang hari. Semburat oranye di langit membuat pemadangan semakin indah. Teratai-teratai liar yang mengambang di pinggir sungai nampak sangat asyik terombang-ambing perlahan mengikuti arus kecil dari sungai itu. Dan… lihatlah. 2 sosok yang ada di tepi sungai itu, Terduduk tenang saling memunggungi. Tapi, mereka tidak seperti bertengkar, melainkan sebuah pancaran manis dari kedua pasang mata itu. Bibir keduanya melengkungkan pelangi terbalik. Bercahaya, warna warni dan indah. Si lelaki nampak asyik menorehkan guratan demi guratan jejak pensil di atas kertas gambar berukuran A3 di tangannya. Ia menggunakan pahanya sebagai alas. Sementara si gadis asyik memainkan setangkai bunga mawar merah yang merekah.
Aku mengusap jendela kaca yang sedikit berembun. Semakin tertarik melihat pasangan muda itu. Sangat manis, sangat membuatku iri -andai aku boleh iri pada mereka-.
“Apa yang sedang kau gambar, oppa?” si gadis menoleh ke arah lelaki di belakang punggungnya, sementara si pemilik punggung lebar itu hanya tersnyum -meski senyum tak bisa terdeteksi oleh si cantik-
“sesuatu yang indah dan berharga. kau ingin tahu?”
Gadis itu kembali menghadap ke depan dan menggeleng,
“aniya.. aku tahu apa itu..”
“jinjjayo? kau jangan sombong, bunny!”
“eoh? i’m positive! i’ll true..”
“yes.. you’ll always know that.. cause my heart is on your heart too..
“aish… so sweet..”
Aku menyungging senyum. Betapa manisnya pasangan itu. Mataku beralih ke arah jembatan. Jembatan panjang penghubung 2 bukit yang mengapit sungai kecil di tengahnya. 2 sosok tengah saling berdampingan dengan tangan satu sama lain yang saling bertautan, menantang langit sore, seakan-akan mereka jauh lebih indah dari langit sore yang merona itu. Si tampan meraih anak rambut yang menggantung di pelipis si cantik.
“please, baby.. don’t disturbe my psyco..” kata lelaki tampan itu seraya memegang kedua bahu si gadis. Gadis itu memiringkan wajahnya, menatap innocent pada lelaki tinggi itu.
“what did i do, oppa?”
“you are over beauty, chagi..” menjawil hidung tinggi si gadis sampai pipinya merona -semerah langit sore ini-
“kau ini, oppa..”
“why? i’m not a liar”
Gadis itu memeluk tubuh tegap di hadapannya. Dipejamkan kedua mata hazle itu -dan bersamaan dengan itu manik coklat madu yang hangat sekaligus teduh tertutup kelopak mata yang juga indah-. Benar-benar pahatan tangan Tuhan yang almost perfect. aiss.. no! it’s too perfect.
Aku tersenyum, tatkala gadis itu melotot kaget seketika karena tiba-tiba lelaki itu mencium bibir cherry-nya. Aku hanya bisa berdecak, lucu. Dan sejurus kemudian, gadis itu memukul-mukul dada bidang lelaki yang berhasil mencuri benda manis miliknya itu.
Di sudut jembatan yang lain, ada sepasang muda mudi yang tengah berdiri berhadapan. Namja bertubuh tegap itu menangkup kedua pipi gadis berambut panjang sebahu itu. Gadis itu nampak innocent menatapnya.
“Baby.. would you be my future..”
Mata hazle itu melotot sempurna, dan bersamaan dengan itu, air mata mulai menggenang -memenuhi pelupuk matanya-.
“hiks.. op-oppa… nan… hiks..”
“sst.. uljima, baby..” lelaki itu mengecup kedua kelopak mata gadis itu. Mengeluarkan sesuatu dari dalam saku mantelnya, dan berlutut saat itu juga.
CLING!
Sebuah kotak berwarna merah muda itu dibuka di hadapan gadis itu. Cincin bertahta-kan batu mulia kecil berbentuk bunga mawar.
“i’ll marry you, baby.. please.. please be mine” Gadis itu tak sanggup lagi menahan isaknya hingga ia menangis sesenggukkan. Dihapusnya air mata itu cepat cepat.
“yes of course oppa! i’m ready oppa… i’ll marriage with you..”
Aku menggeleng gemas. Gadis itu kenapa sangat lucu? Dia berteriak sekencang itu menjawab lamaran sang kekasih, Tapi justru itu yang berbeda. Aku memutuskan menyudahi melihat aksi-aksi romantis lainnya, terakhir aku lihat lelaki itu menggendong kekasihnya ala brydal style. Aku memungut bucket bunga lily yang sudah ku siapkan sejak sore tadi. Ya… ini sudah malam. Aku merekatkan jaketku, dan mulai melangkah keluar.
Angin sepoi-sepoi malam ini membuatku harus berkali kali menghembus napas yang menghasilkan asap di sekitar wajahku. Padahal ini belum puncak musim dingin tahun ini. Mataku berputar, melihat sebuah bangunan gereja yang sangat klasik. didominasi warna coklat dan ada lampion-lampion yang memancarkan kehangatan di sudut-sudutnya. Sepertinya sedang ada acara pernikahan.
Aku berhenti sejenak, melihat pemandangan bagian dalam gereja yang benar-benar hangat. nampak mempelai lelaki dengan tuxedo putih bersih dan dasi yang menghias lehernya. sangat tampan. sementara mempelai wanita dengan gaun senada sampai menutupi seluruh kakinya yang jenjang, tapi meng-ekspos dengan jelas bagian bahu cantik miliknya. Keduanya berdiri di depan altar, dan mengucap janji sesuai tuntunan pendeta.
“aku berjanji. tidak akan meninggalkan istriku, dalam suka maupun duka. dalam sehat maupun sakit. aku akan tetap menjaganya, tidak akan membuatnya menangis, dan berusaha menjadi suami terbaik untuknya”
Lelaki itu menoleh ke arah istrinya.
“Aku berjanji. Tidak akan meninggalkan suamiku dalam suka maupun duka. saat sehat ataupun sakit. aku tidak akan bersikap manja, aku akan bangun lebih pagi darinya, aku akan menjadi istri yang menyiapkan sarapan pagi untuknya, dan aku akan memberinya anak anak yang lucu”
Undangan sedikit terkekeh mendengar penuturan janji gadis itu, begitu juga aku.
Sangat polos, Tapi.. tulus.
Aku menghela napas dan kembali merapatkan jaketku sebelum melanjutkan untuk berjalan. Dan sampai di dekat persimpangan, aku melihat ada mobil Lamborgini yang melintas dengan dekorasi yang indah.
“JUST MARRIED”
Tulisan itu terpampang jelas di badan belakang mobil. Aku tersenyum, sangat indah membayangkannya.
Tapi.. saat itu juga, tiba tiba…
BRAAAKK!!
Mobil itu, tak bisa menghidari laju container dari arah berlawanan hingga akhirnya, mobil itu lepas kendali dan menabrak pohon. Aku melihat kedua mempelai diselamatkan oleh warga sekitar. Si wanita nampak bersimbah darah dan tak sadarkan diri. Tak jauh berbeda dengan lelakinya yang juga tak sadarkan diri. Sungguh malang nasib mereka.
Mereka? Ya.. mereka…
Jung Young Mi dan Choi Min Ho.
Aku melangkah memasuki komplek pemakaman -yang terletak di bukit hijau-. sungguh indah, dan kau akan lupa jika ini adalah sebuah pemakaman.
Lagi lagi semua rekaman itu diputar ulang oleh memoryku. Memory manis yang berujung getir dan membuatku kini mati rasa. Aku ingat semuanya. Tak pernah lupa.
Aku meletakkan bucket bunga lily putih di atas pusara dengan nisan berukir
“JUNG YOUNG MI”.
Ya.. Jung Young Mi mendiang “ISTRI”ku.
Kisah di atas? Mungkin beberapa dari kalian mengira aku tengah menceritakan orang lain? hh.. aku berharap itu kisah orang lain.
Memory itu, segala yang terjadi 40 tahun lalu antara aku -Choi Minho- dan Jung Young Mi tidak akan terlupakan, bahkan tak ada niatan untukku melupakannya. Kisah kisah itu berpadu jadi satu, dan aku selalu mengingatnya-memutarnya kembali- seperti potongan potongan film.
Aku ingat, saat aku setiap sore mengajaknya ke padang ilalang di belakang bangunan appartemnt-ku. Aku ingat, saat di anniversary kita yang pertama, aku melukis wajahnya di antara pemandangan padang ilalang dan sungai kecil di sisinya. Aku ingat saat membenahi anak rambutnya yang sempat membuatku semakin menggilai kecantikkannya. Aku juga ingat betapa manisnya bibir cherry milik Youngmi. Dan aku.. benar benar ingat saat aku menggendongnya pulang seusai melamarnya dengan cincin. Dan saat itu, ia berteriak lantang saat menjawab lamaranku. Aku ingat, saat aku menatapnya gugup mengucap janji di altar. Dan.. aku ingat -meski aku ingin menghapus memoryku yang satu ini- saat aku mulai melajukan lamborgini berdekorasi dengan Youngmi diiringi tepukan tangan para undangan. Aku ingat betul wajah Youngmi terakhir kali, saat ia memejamkan mata dan bersimbah darah. Aku ingat! selalu ingat!
Tanpa terduga, air mataku jatuh. Membasahi bgian atas makam istriku di dalam sana.A NDAI dia masih ada, kini.. kami sebgai pasangan suami istri akan membawa anak anak kami ke padang ilalang itu. Bermain bersama dan mengambil foto keluarga. Aku tersenyum miris. Bayangan Youngmi masih ada di sisiku. Ia memang sudah tiada, tapi hatinya… tetap ada disini. Di duniaku.
Aku mengusap nisan itu, lalu memberikan senyuman terbaikku hari ini.
“Baby.. what are you doing? Are you missing me? I Hope..”
“Baby.. kau masih mengingatku? Benarkah? Kau bahkan meninggalkan hatimu di sini.. Kumohon, jangan kau ambil hati itu, ya.. biar aku yang mengantarnya..”
“Sweetheart.. kau ingat janjimu? Kau tidak akan meninggalkanku, kau akan menyiapkan sarapan, kau akan bangun lebih pagi, kau akan… memberikanku anak anak lucu. kau ingat?”
“tidak.. aku tidak kecewa kau tidak menepati janjimu. aku yakin, kau juga akan menepatinya suatu saat nanti..”
“Bunny.. Kumohon.. tetaplah cintai aku seperti aku yang jstru semakin mencintaimu.. karena aku.. terlahir hanya untukmu…”
“Chagi… kau butuh teman? Entah kenapa, aku sangat merindukanmu.. bisakah kita bertemu? Tidak..tidak perlu kau repot repot mengunjungiku.. biar aku yang mengunjungimu… Baby..”
CLAK!
Dan sejurus kemudian darah menyembur kemana mana dari pergelangan tangan Minho.
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar