Kamis, 13 November 2014

CERPEN - MIMPI ADY

Dia baru saja terbangun dari tidurnya, pandanganya menuju jam weker di meja dekat tempat tidurnya. Jam menunjukkan tepat pukul 07.00.
“Wwwaaaaaa”
Dia bergegas menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya. Tidak sempat untuk mandi karena gerbang sekolah sebentar lagi ditutup. Bajunya tidak sempat untuk dia masukkan.
“Pak tolong buka pak cukup hari ini saja, atau saya perlu menangis pak”, katanya.
“Ya udah buruan masuk”, kata satpam sekolah.
Sesampainya di kelas guru Seni Musik sedang menulis di papan tulis. Ady masuk dengan begitu saja. Pikirnya guru tidak tahu.
“Ady, masuk seenaknya saja. Maju dulu sini”, kata ibu gurunya.
“Yah ketauan deh”, kata Laras teman sekelasnya.
Ady ditertawakan teman-teman sekelasnya. Dia maju dengan menunduk.
“Kenapa kamu tadi telat? Eh ini bau apa, kamu belum mandi ya?”, kata gurunya.
Ady nyengir hingga gigi kuningnya terlihat.
“Eh ditanya malah nyengir”, kata gurunya.
“Tadi bangunnya kesiangan bu. Maaf ya bu”, kata Ady.
“Ya udah nyanyi dulu”, kata gurunya.
“Heh Bud minjem gitar sih?”, kata Ady.
Ady mengambil gitar dari Budi. Dan menyanyikan sebuah lagu.
“Di pagi yang indah ini saya akan menyanyikan sebuah lagu yang saya persembahkan untuk ibu guruku tercinta ibu Narti”, kata Ady.
Jreengg
Namaku Bento rumah di Leste
Mobilku banyak harta berlimpah
Orang menanggilku bos eksekutif
Tokoh papan atas atas sgalanya asik
Suaranya yang bagus serta gitar yang keren membuatnya berasa di panggung final Indonesia Idol. Tepuk tangan teman-temannya seakan fansnya yang sedang bersorak-sorak memanggil namanya. Ady berangan-angan seakan dia sedang memakai jaket kulit seperti Ariel Noah.
“Terima kasih fansku”, kata Ady.
“Huuu”, kata teman-temannya bersorak.
“Saya sudah boleh duduk kan buk?”, kata Ady.
“Nanti dulu, apa sih Dy cita-cita kamu?”, kata gurunya.
“Jadi musisi bu, ya saya itu pengen ikut Indonesia Idol”, kata Ady.
“Terus kenapa tidak?”, kata ibunya.
“Tidak direstui sama orangtua bu. Namun mimpi itu masih tetap kok ada bu”, kata Ady.
“Ya sudahlah tetap semangat dengan mimpi kamu. Semoga berhasil”, kata gurunya.
“Baiklah terima kasih buk”, kata Ady.
Lalu Ady kembali duduk dan mengikuti pelajaran. Jam istirahat tiba seperti biasa dia ‘nongkrong’ di depan kelasnya lengkap dengan gitar Budi yang dia sudah anggap seperti gitarnya seendiri. Bersama teman-temannya dia melantunkan sebuah lagu cinta yang sebenarnya dia tujukan kepada pujaan hatinya yang kelasnya berada di sebelah kelas Ady. Pujaan hatinya bernama Chindy, seorang gadis yang ramah dan hitam manis berlesung pipi yang membuatnya nampak lebih manis. Namun tidak suka dengan Ady karena sering menggodanya.
“Aku suka sama kamu, kamu mau enggak jadi pacar aku?”, kata Ady.
“Najis sih, potong dulu itu rambut. Sikat gigi kalo berangkat sekolah. Acak-acakkan kayak gitu kamu ngajakin aku pacaran”, kata Chindy.
“Ini style musisi tau Chindy. Ini keren namanya”, kata Ady.
“Ya saya gak suka sama kamu”, kata Chindy.
Chindy pergi meninggalkan Ady dengan style musisinya itu. Ady bagaikan dihantam badai dan petir yang menyambar hatinya yang telah runtuh berkeping-keping. Dengan berat hati dia berusaha untuk meninggalkan cintanya untuk Chindy. Dan hanya akan fokus dengan cita-citanya tanpa cinta.
Dalam hati yang kacau Ady berusaha mengembangkan dirinya dengan membuat sebuah lagu yang berjudul “Kepingan Hati”. Dan dia berencana untuk menyanyikan lagu itu pada saat audisi Indonesia Idol. Ia memaksa untuk mengikuti audisi tersebut.
“Bu, ayolah buk. Ini kan pake duitku sendiri sih bu”, kata Ady.
“Ada syaratnya, kamu harus dandan dengan keren. Rambut kamu harus dipotong. Biar kamu gak bikin malu ibu kalo masuk tv”, kata ibunya.
“Ibu ini kan style musisiku, aku gak mau bu”, kata Ady.
“Ya sudahlah terserah, ibu capek kamu rengekin setiap tahun kayak gitu”, kata ibunya.
“Yee, ibu ku paling cantik, ibu paling baik”, Ady berjingkrak girang.
Hari yang ditunggu pun tiba. Ady datang ke audisi Indonesia Idol dengan gitar Budi dan dengan gaya musisinya itu, acak-acakan. Dia senang karena bisa bertemu dengan Ahmad Dhani, musisi idolanya. Dengan penuh percaya diri dia menyanyikan lagunya “Kepingan Hati”.
“Cukup bagus dengan style kamu itu”, kata Ahmad Dhani.
“Terima kasih mas Dhani”, kata Ady.
Namun dewan juri menyatakan dia tidak bisa untuk megikuti babak selanjutnya. Dia kesal dan benci. Lalu dia melampiaskannya dengan membuat video. Dalam video tersebut Ady menyanyikan lagunya tersebut.
“Lagu ini saya persembahkan untuk seseorang yang pernah mengisi dan pernah mengosongkan hatiku”, kata Ady dalam video tersebut.
Seminggu setelah itu dia mengirimkan videonya ke Youtube dan tembus pasaran. Videonya banyak dilihat dan disukai oleh orang-orang banyak. Hingga sebuah produser tertarik untuk merekrutnya dengan lagunya itu. Ady menjadi terkenal dengan sejuta mimpinya itu. Dia banyak diundang di stasiun-stasiun tv. Mimpinya menjadi kenyataan.
Di sekolah dirinya banyak dijadikan perbincangan. Chindy pun sekarang menyukai Ady. Tapi Ady tidak ingin mempunyai pacar karena dia takut fansnya marah. Dan masih dengan gaya musisinya, dan kini dia menemukan jati dirinya. Inilah Ady sang pemimpi dengan gaya musisinya.
Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar