Kamis, 13 November 2014

CERPEN - PENYESALANKU

Gemerlap dunia malam begitu membuatku terlena dan melupakan segalanya, teman, sahabat, kekasih bahkan keluargaku pun aku tak lagi mengingatnya. Dalam benakku hanya kesenangan yang ku cari, aku tak peduli dengan perkataan tetangga ataupun lingkungan tentang pekerjaanku yang dipandang buruk itu. Semua ku lakukan demi uang, uang dan uang. Ahh, persetan dengan mereka apalagi orangtua yang sudah peot itu. Ia tak bisa memberiku apa-apa melainkan hanya ceramah dan ceramah. Sementara kekasihku, ia begitu jauh dari harapanku. Dulu memang aku mencintainya, tapi sekarang dia berubah menjadi lelaki yang suka menasehatiku persis seperti kedua orangtuaku. Itu disebabkan karena ia pindah di sebuah pesantren oleh desakkan orangtuanya itu. Ia menyuruhku memakai kerudung. Awalnya aku mengikuti semua kemauannya, namun disaat ku ingin mengajaknya happy dia menolak dan mengeluarkan hadist serta ayat-ayat qur’an yang membuatku ingin muntah di mukanya. Siapa dia, bisa mengaturku seenaknya.
Hingga suatu shubuh aku pulang ditemani teman kerjaku dalam keadaan mabuk berat dan tubuhku luka bekas kecelakaan kecil yang ku alami. Ketika ku buka pintu rumah betapa kagetnya aku karena kekasihku, firman ada di situ bersama ayahku yang sudah lapuk. Nampaknya mereka sedang berdiskusi, aku pun segera di bawa ke kamar, namun tiba-tiba saja firman menamparku hingga terjatuh. Aku marah, dan tak terima dengan ini semua. Temanku pun keluar setengah berlari melihat kejadian itu. Aku menangis, betapa sakitnya diperlakukan seperti itu. Dan ayah hanya diam saja melihat itu bahkan meninggalkan kami berdua.
“apa yang telah kau lakukan? Kenapa kau berubah menjadi wanita bin*l seperti ini?” ucapnya dengan nada tinggi.
Aku tak menjawab, aku hanya menangis dan menangis, aku bangkit dan mulai memeluknya namun dengan kasar ia membuang tubuhku.
“jangan pernah kau memelukku, kau bukanlah wanita yang ku kenal dulu. Apa yang membuatmu berubah seperti ini? lihat pakaianmu, rok mini baju ketat. Apa itu, hahh?? Atau kau telah menjadi pel*cur seperti halnya sahabatmu itu?” bentaknya dengan nada yang penuh amarah
Untuk kesekian kalinya, aku hanya menangis dan menangis, hatiku sakit tepat mengenai lubuk hatiku perih sekali, entah mengapa ia berubah seperti itu. Apa karena ia masuk pesantren begitu lama, hingga mampu mengubah pola pikir dan tingkah lakunya? aku tak peduli itu.
“kalau kau tak suka denganku, mengapa kau masih mau menjadi kekasihku?” ucapku diiringi tangisan
“ingatlah sinta, aku pernah berjanji untuk menikahimu maka, aku akan menepati janji itu. Tapi sebelumnya aku mau kau berubah menjadi wanita sholehah, bukan amburadul tidak jelas seperti ini.” Ucapnya mulai menurunkan nada suaranya.
“aku mencintaimu tulus dan aku telah berjanji pada tuhanku akan membawamu ke sebuah ikatan yang suci” lanjutnya kemudian
Entah apa yang membuatku menangis, aku menangis sejadi-jadinya. Aku ingin memeluknya namun kurasa ia begitu baik untukku, aku yang kotor ini pasti tidak berarti di matanya. Ucapannya mengingatkanku tentang kejadian beberapa tahun silam saat ia belum masuk pesantren. Ahh, rasanya aku ingin mengulang waktu dan menjadi diriku yang dulu, gadis yang lembut dan tentunya berhijab. Ini semua salahku, aku yang salah andai saja dulu aku tidak mengkhianati kekasihku demi lelaki lain yang tajir dan tampan. Mungkin, hal ini tak akan pernah terjadi dan aku tak akan pernah menjadi perempuan seperti ini. Semua karena lelaki itu, ia merampas semuanya dariku. Harta, benda bahkan kesucianku direnggut olehnya. Kini, aku hanya bisa meratapi diriku yang kotor dan buruk layak seekor binatang dan menahan sakit sekujur tubuhku.
Firman, mengambil handuk dan menyuruhku mandi dan berbenah, sementara ia menunggu di ruang tamu dalam muka kusut hilang gairah keceriaan di wajahnya. Aku berjalan tertatih dan membersihkan diriku, sekitar setengah jam aku keluar dan mengenakan pakaian yang tertutup, lalu menuju ruang tamu dengan lesu, berharap firman mau memaafkanku, kulihat ia tersenyum dan mengusap butiran yang jatuh dari matanya.
“ya allah, betapa bodohnya aku. Menyia-nyiakan orang yang tulus mencintaiku. Maafkan hambamu ya rabb” sesalku dalam hati. Lalu duduk bersebelahan dengan firman. Dingin dan kaku tak ada sepatah kata pun. Hanya nafas yang memburu di antara kita berdua.
Lalu, firman menyuruhku mengikutinya. Aku bangkit menuju ruang tengah. Kulihat ayah dan ibuku telah duduk di damping adikku satu-satunya, nadia. Nadia, memelukku dengan penuh bahagia.
“mbak siska, jangan tinggalin nadia lagi yah. Mbak siska temenin nadia ngaji lagi ya mbak” ucap adikku yang begitu polos mampu menghujam tebing hatiku yang beku.
“iya, dek. Mbak temenin nanti yah.” Ucapku menahan tangis, ia berlari sejenak menuju ruang shalat dan mengambil mukena lalu diserahkan kepadaku.
“mbak siska, pakai ini yah?” ucapnya dengan nada lembut dan penuh harap
Aku pun memakai mukena itu lalu menunduk memeluk adikku dan mengusap air mataku yang jatuh begitu saja.
Ia berjalan mendekati firman dan berkata “kak firman, mbak siska cantik yah. Aku suka mbak siska yang seperti ini.” Lalu firman tersenyum padaku dan mengangguk.
Ayah dan ibuku pun tersenyum padaku, aku pun bersimpuh di kedua orangtuaku.
“maafkan siska, siska telah jahat terhadap ibu dan ayah. Siska durhaka, siska selalu mementingkan kesenangan siska. Siska lupa pada keluarga, siska lupa pada mas firman dan siska lupa pada agama siska. Maafkan siska” ucapku dengan tangis yang tak terbendung di hadapan orang tuaku.
“sudahlah nak, ayah dan ibu telah memaafkanmu, minta maaflah pada gusti allah atas semua perbuatanmu dan berjanji jangan mengulangi perbuatan bodoh itu lagi.” Ucap ibu begitu lembut dan memelukku. Lalu kami melaksanakkan shalat subuh berjama’ah dan mas firman menjadi imam dalam shalat kami.
“ya allah, terima kasih engkau telah membuka mata hatiku untuk selalu mengingatmu. Engkau telah menyadarkanku dari perbuatan terkutuk yang selama ini ku jalani. Terima kasih engkau telah memberikan keluarga dan seorang yang pantas menjadi imamku kelak. Aku bertobat di hadapan-Mu ya allah,” batinku berucap pada sujud terakhirku. Semoga allah swt mendengar dan mengabulkan semuanya. Amin,
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar