Kamis, 13 November 2014

CERPEN - GALUH SOMETHING , GALAU NOTHING

“Hai…” Sebuah suara yang agak serak menyapaku entah siapa seseorang yang mengeluarkan suara itu aku tampak tak kenal. Suaranya berat dan agak serak belum pernah terdengar dalam memori telingaku, segera aku menengok ke arah sumber suara itu dan ternyata sosok cowok jangkung berdiri tepat di sebelahku, matanya tajam dan mata itu aku tidak pernah kenal bahkan melihatnya saja baru saat ini, “Kamu siapa?” tanyaku menatapnya lekat, “Aku Galuh” jawabnya sambil tersenyum tenang membuatku bergetar dengan senyum itu, dia sungguh manis lesung pipit menghiasi wajahnya, aku pun terdiam tapi, aku langsung buyarkan lamunanku tentang dia, tidak lucu kalau aku bengong di depannya, aku hanya membalas senyumnya dan tidak berkata apa-apa, “Kamu sendirian La?” katanya berkata lagi, “iya ni aku lagi nunggu tukang kentang goreng lama banget” kataku membalas pertanyaanya “Eh, tunggu kamu tadi paggil aku apa? La’ kamu ko tau namaku dari mana?” kataku agak menghardik padanya “Santai aja kali Prilla Archisyah Putri, hehehe aku tau kamu koh” katanya dengan senyum dan santai, “Wah kok kamu tau nama lengkapku sih, kamu siapa sebenernya kok aku nggak pernah liat kamu” tanyaku penasaran padanya, tapi belum ada jawaban darinya, tiba-tiba dia berjalan ke belakangku dan aku tidak melihatnya lagi, “Galuh, Galuh, jawab dong” kataku tidak sabar dan segera membalikan badanku, tapi aku tidak menemukan seorang pun, “Lho kok ngilang”, aku keheranan “Wehh,” ada seseorang menepuk punggungku, “Galuh” teriakku keras tapi ternyata yang kudapati bukan Galuh tapi Amel sahabatku, “Ciee si Prilla siang-siang ngigo” kata Amel mengejekku “Yee siapa yang ngigo orang aku kira kamu Galuh” Kataku kalem “Galuh? siapa tuh, baru pertama denger, tukang kentang goreng po?” katanya sambil tertawa, “Bukanlah, aku juga nggak tau dia siapa tiba-tiba dia muncul pas aku lagi nunggu Bang Ope tukang kentang goreng” jawabku cepat, “Kapan dia muncul?” tanya Amel melotot, “Ya tadilah”, kataku menjawabnya datar, “perasaan aku nggak liat, aku liat kamu begong di seberang jadi aku samperin” kata Amel keheranan, “tadi beneran ada Galuh, cakep banget sumpah” kataku meyakinkan, “Sumpeh lo? Kok nggak kenalin sama aku” kata Amel menggodaku, “Lebeh kamu,” kataku sedikit membalas kata-kata alay padanya.
Keesokan harinya seperti biasa aku berangkat ke sekolah, dengan sepedaku, aku naik sepeda karena rumahku hanya berjarak 300 meter dari sekolah, hari ini aku berangkat pagi karena kebetulan aku piket harian di kelas, aku juga harus menjaga dan menertibkan siswa di sekolah, karena aku anggota Patroli Keamanan Sekolah atau biasa disebut PKS, aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler ini dan aku sangat menyukainya, dan menjabat sebagai Sekretaris yang aku jalani selama aku mengikuti kegiatan ini
Sesampainya di sekolah aku segera berlari ke kelasku dan aku tau ini masi sangat pagi, aku lakukan beberapa kali, pergi ke sekolah pagi-pagi, karena aku suka suasana sekolah di pagi hari, yang tenang dan udaranya yang segar, aku segera mengambil sapu dan mulai menyapu, tapi tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku “Hai Prilla”, katanya lembut tapi masih saja membuatku kaget, “Galuh.. hai.” jawabku cepat “Lagi nyapu ya..?” katanya kalem, “Iya ni, oh ya kemaren kamu kok ngilang sih?” tanyaku padanya, “Hehhehe iya, kemarin aku dipanggil sama mamaku,” katanya sambil menggaruk-nggaruk kepala, Aku terus menyapu dan membersihkan semua yang harus aku bersihkan di dalam kelasku dan selesai.
Aku dan Galuh segera berjalan ke depan menuju kursi yang dekat dengan pintu masuk gerbang sekolah, “Kamu sekolah disini Luh?” tanyaku padanya, “Yaa” jawabnya pelan, “kelas berapa?” Tanyaku sambil memainkan ponselku, “kenapa dia nggak jawab-jawab ya” pikirku dalam hati, dan aku menengok ke arah tadi Galuh duduk ternyata dia sudah tidak ada, beberapa teman dan kakak kelas pun mulai berdatangan, aku berdiri celingukan mencari ke arah dalam, dan berharap melihat Galuh, tapi tidak kutemukan sosok yang aku cari, “sebenarya siapa sih dia, kenapa dia datang dan pergi semaunya, tapi ya sudahlah,” fikirku dalam hati.
Karena jam sudah menunjukan pukul 07.00 WIB maka terdengarlah bel sekolah dan itu tandanya aku harus segera masuk kelas, Aku berjalan lesu kearah kelas, dan sampai di depan kelasku, kulihat Amel sedang makan cemilan kripik kentang, dan melihat mukaku yang lecek, “kenapa kamu? Mukanya kaya bajuku aja, kusut banget..” katanya menggodaku, “Masa?” Jawabku datar, dia menyodorkan kentang goreng kesukaanku yang dia beli di kantin bebarengan dengan cemilannya, “Makasih” Jawabku masih datar. Kejadian seperti ini berulang-ulang Galuh sering muncul dan aku juga sering jalan-jalan bersama Galuh, aku kini nggak peduli asal-usul Galuh, karena dia sedikit demi sedikit mulai masuk dalam hatiku. Hingga suatu pagi aku menunggunya di taman sambil memakan kentang goreng kesukaanku, tapi hingga sore hari Galuh masih tidak datang juga, aku mengeluh kesal, “Kemana sih dia”, tiba-tiba ada orang yang menutup mataku dari belakang, “Haii jelek, kamu nungguin aku ya…” katanya sambil tertawa, aku segera melepaskan tanganya dari mataku, dan berkata dengan sebal “Kemana sih, dari tadi pagi”, sambil memanyunkan mulutku, “Maaf deh Prilla jelek, tadi aku sibuk ngerjain tugas” katanya kalem dan tenang, “Ooh, ngabarin aku dong” aku masih sebal padanya “kan kamu uda aku transfer pake telepati cintaku” katanya mulai menggodaku lagi, dan akhirnya suasana pecah, dan kembali mencair, hingga senja akan tenggelam aku mulai tersadar kalau waktunya aku pulang.
Dering di ponselku juga sudah beberapa kali terdengar, pasti itu dari mama. “Galuh, aku pulang dulu ya mamaku pasti udah nyariin aku,” kataku pamit pada galuh, Tiba-tiba sebelum aku pergi Galuh memegang tanganku dan enggan melepaskanya, “Jauh dari yang aku fikir, aku akan selalu ada, walaupun suatu saat nanti mungkin kita nggak bakal sama-sama tapi kamu harus percaya kalau aku ada” katanya menatapku dalam “iya, iya..” kataku sambil berlari pergi.
Sesampainya di rumah aku langsung menuju kamar dan membayangkan Galuh, sepertinya aku benar-benar jatuh hati padanya, “Ooh Galuh kenapa sih kamu nggak nembak aku aja” kataku sendiri dengan senyum, keesokan harinya aku mencoba menceritakan Galuh pada Amel dan memperkenalkanya, “Hai Mel nanti pulang sekolah kamu ikut aku ya” kataku pada sahabatku itu, “Pasti mau curhat tentang Galuh ya, kenalin dong sama aku” katanya sudah bisa menebak “Hehehe iya, nanti sore aku kenalin kamu sama dia ya” kataku dengan senyum “Beneran lho ya” kata Amel padaku, “Siap Mode Moiselle” kataku dengan hormat.
Aku menuggu Galuh di taman bersama Amel, sambil mengobrol dan hampir melupakan waktu, tapi hingga waktu yang hampir berujung dengan senja, tidak ada sosok Galuh atau tanda-tanda kedatangannya, aku pun mulai gusar “Dimana sih dia?” kataku mendumal, karena demi apapun aku sudah tidak merasa enak pada sahabatku amel, bayangkan aku dan Amel menunggunya hampir 4 jam, “Iya ni La’ uda magrib, mana sih dia, atau jangan jangan dia nggak dateng” kata Amel, “iya ni Mel, aku juga sebel banget sama dia” kataku, aku dan dia memutuskan untuk pulang dan aku menyimpan rasa sebal pada Galuh, tapi aku tak bisa menutupi apa yang aku rasakan, hati yang bergejolak dan selalu merasakan kerinduan pada sosok Galuh yang mungkin sedang aku cintai.
Beberapa hari aku lewati tanpa Galuh, dan kacau benar-benar kacau, hingga pada suatu pagi aku pergi ke TU untuk mencari nama Galuh dan alamat Galuh karena aku butuh penjelasan atas semua yang terjadi antara aku dan dia. Aku tercengang ketika megetahui bahwa tidak ada siswa kelas XI maupun XII atas nama Galuh, hancur perasaanku, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan jangan-jangan Galuh hanya Imajinasiku, pantas saja dia sering hilang sewaktu-waktu, “Oh tuhan tolong aku aku butuh penjelasan dari Galuh, pertemukan aku dengan Galuh” do’aku dalam hati “Udahlah La’, Galuh itu nggak ada, dan nggak pernah ada, kamu udah cek kan nggak ada yang namanya Galuh, sebenernya aku juga udah curiga dari pertama kenapa kamu bisa liat Galuh tapi aku nggak, dia cuma khayalan kamu” kata Amel yang mulai mendesakku untuk melupakan Galuh, “Iya mungkin” kataku patah semangat. Aku terus berfikir dan berfikir kenapa dia nggak bisa hilang dari fikiranku, aku jatuh cinta dengan sosok yang mungkin nggak pernah ada, iya mungkin nggak pernah ada, aku haus penjelasan dengan orang yang nggak pernah aku tau nyata atau sekedar imajinasi yang nggak pernah selesai sampai akhir. Aku mulai ingat kata terakhir yang dikatakan Galuh, bahwa aku harus percaya kalau dia ada, dan kata Amel aku ini gila…
Di sebuah pagi yang cerah dan seperti biasa aku harus kembali ke sekolah, dan kata wali kelasku hari ini ada murid baru di kelasku, semua membicarakanya katanya ganteng lah, manis lah, tapi aku nggak peduli, hatiku masih menyimpan Galuh, aku nggak peduli seberapa gantengnya dia, tetap bagiku Galuh yang bisa membuat ukiran di hatiku, sebelum wali kelasku masuk semua teman cewekku berdandan dengan hebohnya, sedangkan aku hanya menaruh kepalaku di mejaku.
Tak berapa lama Wali kelasku masuk dan memperkenalkan siswa baru itu, aku masih menaruh kepalaku di meja. “Ini teman baru kalian namanya Pratama, ayo Pratama sekarang perkenalkan dirimu” kata wali kelasku, namun aku masih saja dalam posisi santaiku itu “Oh namanya Pratama” gumamku tanpa melihat wali kelas bahkan siiswa baru itu aku mendengar banyak teman cewekku teriak-teriak memujinya, “Saya Pratama G. Putra pindahan dari Surabaya” katanya, dan aku menangkat kepalaku, aku merasa mengenali suaranya dan aku tak percaya siapa yang berdiri di depan, tanpa sadar aku berteriak dan berdiri “Galuh, kamu” dengan malu karena semua orang melihatku aku kembali duduk, aku menundukan kepala, “Kamu kenal Prilla, Pratama..” tanya wali kelasku padanya. Dia tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya padaku. “Ya bu, saya mengenalnya” katanya tenang. “Kok dia manggil kamu Galuh?” tanya wali kelasku yang keheranan pada aku dan dia “Nama saya Pratama Galuh Putra bu,” senyum Galuh kembali menghiasai wajahnya. “Ya sudah sekarang kamu boleh duduk” kata Wali kelasku pada Galuh, setelah wali kelasku keluar segera Galuh dikerubuti teman-teman cewekku untuk berkenalan termasuk Amel, hanya aku yang tidak dan aku memutuskan untuk duduk di samping kelas tempat yang menurutku paling tenang di tengah perasaanku yang campur aduk gara-gara Galuh benar-benar ada.
“Gila cakep banget ya Pratama La” kata Amel tiba-tiba ada di dekatku, “Iya” jawabku kalem “Maaf ya La’ aku nggak percaya sama kamu kalu Pratama eh Galuh bener-bener ada dan maaf juga aku nyuruh kamu buat ngelupain dia” katanya lagi, “Iya Mel nggak apa-apa kok, lagian uda beberapa bulan dia baru muncul sekarang, aku fikir dia cuma imajinasiku seperti yang kamu bilang” kataku dengan mata yang mulai sembam karena menahan tangis, “udah-udah aku yakin dia uda nyiapin penjelasan buat kamu” kata Amel menenangkanku. Tiba-tiba ada yang memberiku saputangan dan duduk di sebelah sisiku yang lain dan itu Galuh Maaf ya La” katanya lembut padaku, aku hanya terdiam dan beranjak pergi dari dia dan Amel.
Sepulang sekolah aku pergi ke taman dan mulai menangis dan aku tidak menyangka kalau Galuh menyusulku hingga ke taman “Ngapain sih kamu disini” kataku padanya “La’ aku mau njelasin sesuatu” katanya memegang tanganku, “La’ maaf aku sering ngilang itu karena aku harus nganter mamaku check up ke rumah sakit karena papaku nggak di rumah, dan beberapa bulan ini aku nggak ngabarin kamu itu karena aku harus ngurus surat-surat kepindahan aku di Surabaya, itu butuh waktu yang Lama Prilla” katanya panjang lebar, “terus kenapa kamu nggak ngabarin aku” kataku terus meminta penjelasan padanya “aku nggak punya nomor ponselmu, kita kan kalau ketemu nggak pernah bahas nomor ponsel, kita selalu asyik ngobrol” kata Galuh “Bener juga” fikirku “ya udah aku maafin kamu” kataku dengan senyum, “Nah gitu dong, kan tambah cantik” kata Galuh menggodaku “apaan sih” kataku.
Hari-hari kulalui dengan bahangia dan aku yakin suatu keajaiban yang mempertemukan aku dan Galuh dan aku juga sekarang paham bisa menjadikan sesuatu yang “Nothing menjadi Something”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar